Ketika membahas pernikahan, semua pasangan memiliki tujuan yang sama, yaitu menikah sekali seumur hidup. Namun, perjalanan pernikahan tidak hanya soal sepakat untuk bersama selamanya, tetapi juga tentang bagaimana saling menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, sebaiknya calon pengantin menjalani konseling pranikah. Mengapa hal ini penting?
Pernikahan rentan mengalami konflik, sama seperti interaksi antar manusia pada umumnya. Namun, dalam pernikahan, Anda dan pasangan diharapkan dapat bertahan meskipun konflik atau perbedaan pendapat tidak dapat dihindari. Manfaat konseling pranikah, seperti yang dilaporkan oleh Mayo Clinic, adalah membantu Anda dan pasangan meningkatkan kemampuan komunikasi, menjaga harapan tetap realistis, dan mengembangkan cara untuk menyelesaikan setiap konflik yang muncul. Dengan mengikuti konseling pranikah, diharapkan Anda dan pasangan dapat menciptakan interaksi yang sehat dan positif.
Jika Anda dan pasangan setuju untuk mengikuti konseling pranikah, sebaiknya ajukan 9 pertanyaan ini selama sesi konsultasi. Dengan membahas topik-topik ini bersama konselor yang berpengalaman, proses penyatuan visi antara Anda dan pasangan bisa berjalan lebih lancar, sehingga risiko perceraian dapat diminimalkan secara efektif.
- Apakah makna pernikahan untuk kamu?
Pertanyaan ini penting untuk diajukan kepada pasangan saat konseling pranikah agar Anda dapat melihat bagaimana pasangan mengartikan komitmen dalam pernikahan. Sering kali orang memutuskan menikah karena sekadar memenuhi tuntutan masyarakat tanpa mengetahui apa visinya dalam pernikahan. Tak hanya itu, pertanyaan pembukaan ini akan mengarah pada diskusi tentang bagaimana karakter Anda dan pasangan bisa saling melengkapi dalam mewujudkan visi pernikahan. - Apakah pernikahan ini ingin memiliki anak atau tidak?
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, salah satu tujuan menikah adalah untuk berketurunan. Tujuan ini sangat dipengaruhi oleh nilai agama serta budaya pada masyarakat tradisional seperti Indonesia. Namun masyarakat yang makin berkembang juga menghadirkan pilihan-pilihan baru dalam pernikahan, termasuk keputusan punya anak atau tidak. Hal ini penting untuk disepakati sebelum menikah agar Anda dan pasangan bisa menyesuaikan dengan ekspektasi masing-masing. Pada prinsipnya apapun pilihannya, punya anak atau tidak punya anak, Anda dan pasangan wajib mempersiapkan fisik, psikis dan finansial demi menciptakan rumah tangga yang sehat. - Bagaimanakah keuangan rumah tangga akan diatur?
Uang adalah topik yang sangat sensitif dalam rumah tangga. Dan membicarakannya sejak dini adalah “pelampung” yang akan menyelamatkan rumah tangga Anda dari konflik besar. Yang menyenangkan dari mengikuti konseling pranikah adalah pertanyaan pembuka datangnya dari konselor. Jadi perasaan sungkan untuk memulai percakapan tentang uang bisa diminimalisir. Apalagi konselor pranikah adalah orang yang terlatih, maka semua aspek keuangan seperti siapa yang akan mengatur keuangan, apakah sumber penghasilan digabung atau terpisah, berapa besaran cicilan dalam setahun, bagaimanakah membantu keluarga besar secara finansial. - Di manakah kita akan tinggal setelah menikah?
Pada masyarakat dengan nilai kekeluargaan yang kental seperti masyarakat Indonesia, isu tempat tinggal setelah menikah juga sering menjadi sumber konflik. Bicarakan dengan pasangan apakah setelah menikah akan tinggal di rumah sendiri atau bersama orang tua. Apa saja kelebihan dan kekurangannya, lalu bagaimana hal ini berkaitan dengan visi pernikahan Anda dan pasangan. Topik tentang tempat tinggal pun penting dibicarakan jika Anda dan pasangan sama-sama bekerja. Apakah tempat tinggal dipilih yang dekat dengan lokasi kantor Anda atau pasangan? Atau jika salah satu diminta untuk pindah keluar kota, apakah semuanya ikut pindah atau tidak? - Bagaimanakah mengatur hubungan dengan keluarga besar?
Tanpa disadari para pengantin baru sering kali seperti disuruh memilih dekat ke keluarga suami atau keluarga istri. Padahal menikah artinya membentuk keluarga baru. Artinya Anda dan pasangan perlu refleksi bersama batas kompromi seperti apa yang bisa diterapkan menyangkut turut campur keluarga besar dalam urusan keluarga baru Anda. Ingatlah Anda dan pasangan tengah mempersiapkan entitas keluarga baru, karena itu perlu kesiapan untuk menjadi mandiri. - Bagaimana kamu menggambarkan kebutuhan seks?
Sama seperti topik keuangan, membicarakan kebutuhan seks dengan calon suami atau istri bisa jadi tidak nyaman. Tapi Anda dan pasangan perlu tahu bagaimana satu sama lain menempatkan aktivitas seks dalam interaksi berumah tangga. Tujuannya adalah untuk menyatukan ekspektasi serta membangun kepercayaan. Topik ini bisa dibilang sebagai elemen dasar dalam membentuk hubungan suami-istri yang sehat. - Bagaimanakah peran agama dalam rumah tangga?
Sebagian besar dasar pernikahan dilakukan di Indonesia adalah untuk menggenapi ajaran agama. Itu mengapa menikah disebut sebagai ibadah. Meski begitu, tidak banyak calon pengantin yang membicarakan tentang bagaimana peran agama dalam kehidupan masing-masing. Lalu, bagaimana nilai-nilai spiritual ini diimplementasikan dalam hubungan suami-istri serta diturunkan kepada anak-anak? Menjawab semua pertanyaan ini akan memberikan gambaran bagaimana rumah tangga akan bertumbuh. - Apakah yang dilakukan jika terjadi perselingkuhan?
Tentu Anda dan pasangan tidak menginginkan terjadinya perselingkuhan. Tapi jika hal buruk ini terjadi, bagaimanakah Anda dan pasangan menyikapinya? Apakah perceraian menjadi sebuah pilihan? Selain menjawab semua pertanyaan itu, konselor juga akan mengarahkan diskusi tentang bagaimana untuk menghindari perselingkuhan. “Ritual” apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga Anda dan pasangan tetap saling mencintai. - Ketika konflik terjadi, bagaimanakah strategi komunikasinya?
Tujuan menjawab pertanyaan ini adalah untuk mengukur bagaimana Anda dan pasangan mengatur emosi masing-masing ketika situasi tengah memanas. Lalu pendekatan seperti apa yang diinginkan Anda dan pasangan agar konflik tidak berlarut-larut. Terkadang ada pasangan yang menyepakati, pertengkaran tidak boleh lebih dari 24 jam. Artinya, keduanya sepakat untuk menyampaikan keberatan dan menemukan solusi agar masalah segera teratasi. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana agar masalah yang sama tidak terulang kembali. Sehingga kualitas hubungan suami-istri nantinya tidak hanya sehat tapi juga memberikan ruang untuk saling bertumbuh.