Setiap pernikahan tradisional di berbagai suku di Indonesia tentu memiliki ciri khas yang berbeda, baik dari segi pakaian maupun elemen dekoratifnya. Pulau Dewata, sebagai salah satu daerah yang kaya akan budaya, tidak terkecuali. Oleh karena itu, perayaan momen bahagia masyarakat Bali biasanya dimeriahkan dengan berbagai ornamen tradisional yang sarat makna.
Seperti suku-suku lain yang ada di Indonesia, dekorasi pernikahan Bali juga memiliki karakteristik yang unik dan istimewa. Berbagai elemen dekoratif ini digunakan sebagai harapan agar pasangan pengantin terhindar dari energi negatif. Berikut adalah ciri khas dekorasi pernikahan Bali yang sering ditemukan dalam setiap perayaan tradisional.

Akreditasi: Kamala Studio
6 Ciri Khas Dekorasi Pernikahan Bali
- Angkul-angkul
Angkul-angkul adalah gapura yang menandai pintu masuk utama, biasanya diletakkan di bagian depan bangunan. Salah satu ciri khas dekorasi pernikahan Bali ini terbuat dari ragam pahatan tradisional yang sangat kuat. Angkul-angkul juga sering ditemukan di depan rumah penduduk asli Bali. Masyarakat Pulau Dewata percaya bahwa semakin tinggi kasta seseorang, semakin megah desain angkul-angkul yang digunakan. Penggunaan pintu gerbang angkul-angkul dalam dekorasi pernikahan Bali melambangkan harapan agar perayaan yang direncanakan dapat berjalan lancar tanpa hambatan. - Janur
Janur khas Bali yang dikenal sebagai penjor adalah elemen dekorasi yang biasanya diletakkan di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama sebagai penanda perayaan yang sakral. Penjor melambangkan gunung, yang dipercaya dapat membawa keselamatan dan kesejahteraan. Untuk membuat penjor, diperlukan sebatang bambu dengan ujung melengkung, dihiasi dengan daun enau muda atau janur kuning yang dibentuk dengan indah. Terdapat dua jenis penjor di Bali: penjor sakral dan penjor seni. Penjor sakral digunakan dalam setiap upacara keagamaan seperti Galungan dan Kuningan, sedangkan penjor seni biasanya dipakai sebagai hiasan untuk menyambut perayaan pernikahan atau acara budaya lainnya. - Pelaminan Adat Bali
Pasangan pengantin yang menggelar pernikahan tradisional Bali seringkali memilih untuk mendekorasi pelaminan mereka dengan replika rumah adat Candi Bentar. Menurut Kumparan, masyarakat Bali meyakini bahwa Candi Bentar melambangkan unsur alam semesta dan menjadi tempat di mana berbagai aktivitas manusia berlangsung. Ragam ukiran yang khas, dengan bentuk meruncing ke atas, diyakini mampu membawa berkah dari Bhatara Wisnu, dewa pemelihara alam, untuk kelancaran rezeki. Oleh karena itu, Gapura Candi Bentar sering dijadikan sebagai salah satu ciri khas dalam dekorasi pernikahan Bali. - Gebogan
Gebogan adalah sesaji yang terdiri dari berbagai buah-buahan dan kue tradisional Bali yang diatur dalam wadah bertingkat. Bagian bawah gebogan, yang berbentuk lingkaran dan memiliki penyangga, dikenal sebagai dulang. Selain menjadi elemen dekorasi pernikahan Bali, gebogan juga sering dijumpai dalam upacara keagamaan umat Hindu sebagai persembahan sakral kepada Tuhan. Makanan yang disusun dalam gebogan ini dihias dengan janur dan kelopak bunga di bagian atasnya. Biasanya, gebogan diletakkan di sisi kanan dan kiri pelaminan pengantin dengan harapan agar setiap rencana yang disiapkan pasangan pengantin senantiasa dilimpahi berkah oleh Sang Pencipta. - Kain Poleng
Ciri khas lain dari dekorasi pernikahan Bali adalah kain poleng, yang memiliki desain khas seperti papan catur dengan kotak-kotak hitam dan putih. Dalam perayaan pernikahan, kain poleng dapat diletakkan di area pelaminan, batang pohon, atau patung-patung kecil yang tersebar di seluruh lokasi acara. Menurut Kompas, warna hitam dan putih yang berselang-seling melambangkan konsep Rwa Bhineda, yaitu keseimbangan alam semesta. Kain poleng juga berfungsi sebagai simbol perlindungan, dengan harapan agar prosesi pernikahan dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari segala hal yang negatif. - Payung Bali
Tidak lengkap rasanya jika dekorasi pernikahan Bali tidak menyertakan elemen penting yang satu ini. Bagi Anda yang sering berkunjung ke Pulau Dewata, pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan payung-payung khas Bali, atau yang dikenal sebagai tedung, yang menghiasi berbagai sudut kota, baik di rumah tinggal maupun bangunan komersial. Uniknya, payung ini juga sering digunakan dalam dekorasi pernikahan tradisional. Panjang tedung ini bervariasi, berkisar antara 1 hingga 3 meter. Pemasangan tedung berfungsi untuk melindungi pemilik dari roh-roh jahat yang mungkin mengintai. Dengan perpaduan warna merah dan kuning keemasan, tedung selalu dihias semenarik mungkin melalui ragam ornamen yang menyertainya.